Jumat, 07 Maret 2008

pengaruh senyawa feromon terhadap perasaan suka pada manusia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang monodualisme alias dwitunggal. Secara kodrati manusia mempunyai kemampuan berkehendak sebagai diri sendiri yang pada akhirnya manusia menjadi makhluk yang individual. Tetapi pada saat yang bersamaan, pemenuhan berbagai macam tuntutan manusia sebagai individu tidak dapat lepas dari faktor eksternal yang berupa individu-individu lain.
Sehingga manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat membutuhkan keberadaan orang lain disekitarnya.
Secara mentali, manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan perasaan (emosi), memiliki kesadaran (diri). Kemampuan perasaan meliputi perasaan suka terhadap sesuatu atau perasaan cinta dan kasih sayang kepada orang lain, perasaan tidak suka, benci, jengkel, dan sebagainya.
Banyak orang mengira bahwa perasaan cinta dan kasih sayang antara dua orang muncul secara tiba-tiba atau karena pengaruh lingkungan. Namun secara ilmiah, perasaan ini tidak terlepas dari peranan senyawa-senyawa kimia yang membentuk rasa cinta diantara kedua orang tersebut. Salah satu senyawanya adalah senyawa feromon. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana feromon dapat mempengaruhi rasa suka pada manusia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebuah masalah, yaitu ”bagaimana pengaruh senyawa feromon terhadap perasaan suka pada manusia?”
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senyawa feromon terhadap perasaan suka pada manusia.

BAB II
ISI
Senyawa feromon
Istilah feromon (pheromone) berasal dari bahasa Yunani yaitu phero yang artinya “pembawa” dan mone “sensasi”. Senyawa feromon sendiri didefinisikan sebagai suatu subtansi kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.
Senyawa feromon pada manusia terutama dihasilkan oleh kalenjar endokrin pada ketiak, wajah (pada telinga, hidung, dan mulut), kulit, dan kemaluan dan akan aktif apabila yang bersangkutan telah cukup umur (baligh). Sifat dari senyawa feromon sendiri adalah tidak dapat dilihat oleh mata, volatil (mudah menguap), tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan oleh manusia. Senyawa feromon ini biasa dikeluarkan oleh tubuh saat sedang berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang kita gunakan. Menurut para peneliti dan psikolog, senyawa feromon dapat mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh terutama otak kecil manusia dan diklaim mempunyai andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, gairah seksual, siklus haid, atau bahkan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman yang cocok.
Feromon merupakan sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa dirasakan oleh vomeronasalorgan (VNO) di dalam hidung. Sinyal ini dihasilkan oleh jaringan kulit khusus yang terkonsentrasi di dalam lengan. Sinyal feromon ini diterima oleh VNO dan dijangkau oleh bagian otak bernama hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan hormon yang menghasilkan respons perilaku dan fisiologis. Beberapa jenis hewan maupun manusia menggunakan feromon sebagai sarana komunikasi untuk menarik perhatian lawan jenis. Kebanyakan feromon yang dihasilkan tergolong dalam zat kimia steroid dan pada manusia tidak berbau. Indera pembau dapat merasakannya melalui reseptor di dalam hidung

A. Pengaruh feromon
Senyawa feromon dapat mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh terutama otak kecil manusia dan diklaim mempunyai andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, gairah seksual, siklus haid, atau bahkan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman yang cocok
Feromon pada manusia ternyata juga berfungsi sebagai daya tarik seksual. feromon juga punya andil dalam menghasilkan perasaan suka, naksir, cinta, bahkan gairah seksual seorang manusia pada manusia lainnya. reaksi otak 12 pasang pria-wanita sehabis mencium bau senyawa sintetik mirip feromon. Bebauan tersebut langsung bereaksi terhadap hormon estrogen (pada wanita) dan hormon testoteron (pria).
Jadi, ketertarikan manusia pada manusia lain, baik itu berupa hubungan cinta, gairah seksual, maupun dalam memilih teman, juga didasari pada bau feromon yang dihasilkan manusia.
B. Cara kerja feromon
Senyawa feromon dapat menimbulkan rasa ketertarikan antara dua orang berlainan jenis dengan bekerja layaknya inisiator/pemicu dalam reaksi-reaksi kimia. Prosesnya adalah ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, maka feromon yang kasat mata dan volatil, akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitif yaitu vomeronasalorgan (VNO) yaitu organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman. Organ VNO ini terhubung dengan hipotalamus pada bagian tengah otak melalui jaringan-jaringan syaraf.
Setiap feromon berhembus dari tubuh, maka senyawa ini akan tercium oleh VNO dan selanjutnya sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus (yang mengatur emosi manusia) agar memberikan respon/tanggapan. Tanpa perlu menunggu lama hanya setiap sepersepuluh ribu detik, maka akan ada respon dari otak melalui perubahan psikologis tubuh manusia baik itu perubahan pada detak jantung (berdetak lebih kencang), pernafasan (beraturan atau tidak), temperatur tubuh (panas dingin), nafsu, peningkatan pada kalenjar hormon baik itu kalenjar keringat, dan kerja dari produksi hormon testoteron (pada laki-laki) atau hormon esterogen (pada wanita).
C. Faktor senyawa kimia lain
Aliran Kimiawi Cinta, Prosesnya Tak Secepat Peribahasa ”Dari Mata Turun ke Hati”. Sebelum turun ke hati, aliran cinta akan transit dulu di otak untuk melewati proses-proses kimiawi. Dan proses transit ini memerlukan beberapa tahapan sehingga aliran kimiawi cinta tidak sesederhana dan secepat peribahasa ”dari mata turun ke hati”. tahap-tahap tersebut adalah:
1. tahap I, terkesan. Pada tahap ini, terjadi kontak antara dua orang melalui alat indera (mata) baik melalui tatapan, berdekatan, berbicara atau yang lainnya.
2. Tahap II : Ketertarikan. Pada tahap ini otak akan terangsang untuk menghasilkan tiga senyawa cinta, yaitu: Phenyletilamine (PEA), Dopamine dan Nenopinephrine. Phenyletilamine (PEA) atau 2-feniletilamina merupakan senyawa yang mempunyai Mr =121,18; titik didih sebesar 197-200oC ; berat jenis = 0,965 ; titik Fahrenheit = 195 F dan memiliki bidang polarisasi ND 200 = 1,5335. Dopamine, Struktur Dopamine ada dua, yaitu Dopamine (3-hidroksitiraminihidrogenbromida atau 3,4-dihidroksiphenentilamin). Mempunyai Mr = 234,10 dan titik lebur 218-220C. Dan Dopamine (3-hidroksitiraminhidrogenklorida atau 3,4-dihidroksiphenetilamin). Mempunyai Mr = 189,64 dan titik lebur 241 – 243°C. Dopamin akan merangsang bagian ventral tegmental dan caudate nucleus di otak menyala. Dalam dosis yang tepat, dopamin menciptakan kekuatan, kegembiraan, perhatian yang terpusat, serta dorongan yang kuat untuk memberikan imbalan. Itulah sebabnya jatuh cinta dapat membuat makan tak enak, tidur tak nyenyak. Dari ketiga senyawa tersebut, senyawa PEA-lah yang paling berperan dalam proses kimiawi cinta. Senyawa ini juga yang mengakibatkan seseorang merasa tersipu-sipu, malu ketika berpandangan dengan orang yang disukai. Senyawa PEA ini banyak terkandung dalam coklat.
3. Tahap III : Pengikatan. Pada tahap ini tubuh akan memproduksi senyawa Endropin. Senyawa inilah yang akan menimbulkan perasaan aman, damai, dan tentram. Otak akan memproduksi senyawa ini apabila orang yang kita sukai berada di dekat kita.
4. Tahap IV : Persekutuan Kimia (Tahap Terakhir. Pada tahap ini senyawa Oxyrocin yang dihasilkan oleh otak kecil mempunyai peranan dalam hal membuat rasa cinta itu menjadi lebih rukun dan mesra antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perasaan suka, cinta, dan kasih sayang kepada seseorang dapat dijelaskan secara ilmiah. Perasaan ini tidak lepas dari senyawa-senyawa kimia, salah satunya adalah feromon. Feromon dihasilkan oleh kalenjar endokrin pada ketiak, wajah (pada telinga, hidung, dan mulut), kulit, dan kemaluan. Mekanisme kerjanya adalah setiap feromon berhembus dari tubuh, maka senyawa ini akan tercium oleh VNO dan selanjutnya sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus (yang mengatur emosi manusia) agar memberikan respon/tanggapan.

Tidak ada komentar: