Jumat, 07 Maret 2008

Gnetum gnemon



Gnetum gnemon merupakan salah satu anggota gymnospermae. Gymnospermae (dari bahasa Yunani: gymnos (telanjang) dan sperma (biji) atau tumbuhan berbiji terbuka merupakan kelompok tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah (ovarium). Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae, atau Magnoliophyta), biji atau bakal biji selalu terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak terlihat dari luar. Pada Gymnospermae, biji terekspos langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun strobilus atau runjung. Pada melinjo misalnya, "pĂȘntil"nya (yaitu bijinya) sejak dari "kroto" hingga melinjo masak dapat dilihat, sementara pada tusam biji terletak pada runjungnya.
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae banyak diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah tetapi masih terdapat anggota-anggotanya lain yang dapat melanjutkan keturunannya hingga sekarang. Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari salah satu kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku biji). Namun diantara Angiospermae dan Gymnospermae mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaan Angiospermae dan Gymnospermae diantaranya :
o Keduanya berupa pohon dan semak
o Megaspora terdapat dalam megasporangium(nusellus) dan tidak pernah lepas.
o Nusellus dikelilingi integumen membentuk bakal biji. Bakal biji mempunyai bentuk sesile atau bertangkai.
o Keduanya menghasilkan biji.
o Serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk.
Perbedaan Angiospermae dan Gymnospermae yaitu :
 Angiospermae
o Habitus : Kebanyakan herba
o Perbanyakan vegetatif : Dengan bulbus,rhizoma,stek, dan cangkok
o Ovum : Tidak dibentuk dalam arkegonium
o Bakal biji : Tertutup(dilindungi karpel)
 Gymnospermae
o Habitat : Tidak ada yang herba
o Perbanyakan vegetatif : Dengan tunas batang (bulbil)
o Ovum :Dibentuk dalam arkegonium(kecuali gnetum)
o Bakal biji : Terbuka (tidak dilindungi karpel)
Dalam banyak hal, Gnetum gnemon mempunyai banyak persamaan dengan Angiospermae. Adapun persamaanya yaitu :
o Mempunyai pertulangan daun yang reticulate (menjala) seperti kebanyakan pada Angiospermae
o Mempunyai trakea walaupun pembentukannya berbeda
o Saluran mikropil panjang dan setara dengan tangkai putik pada Angiospermae
o Pembentukan ovum tidak dari arkegonium, tetapi dari beberapa inti bebas gametofit betina
o Kotiledon berjumlah dua (dikotiledon).
Gb 1 dan 2. Tumbuhan melinjo(Gnetum gnemon)



Klasifikasi Gnetum gnemon
Kingdom: Plantae

Division: Gnetophyta

Class: Gnetopsida

Order: Gnetales

Family: Gnetaceae

Genus: Gnetum

Species: G. gnemon

Melinjo (Gnetum gnemon) merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious). Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging.
Melinjo berperawakan pohon yang ramping, berkelamin dua dan selalu hijau, dengan batang yang lurus sekali, tingginya 5-10 m; kulit batangnya berwarna kelabu, ditandai oleh gelang-gelang menonjol secara nyata; cabang-cabangnya berbagai ukuran dan letaknya melingkari batang, terus sampai di pangkal bacang. Cabang itu menebal di pangkalnya. Daun-daunnya berhadapan, berbentuk jorong, berukuran (7,5-20) cm x (2,5-10) cm; tulang daun sekunder melengkung dan bersatu di ujungnya. Perbungaannya menyendiri dan keluar dari ketiak daun, juga dari batang yang celah tua, panjangnya 3-6 cm, dengan bunga-bunganya tersusun dalam bentuk lingkaran di buku-bukunya. Bunga betina sebanyak 5-8 kuntum pada setiap buku perbungaan, bentuknya bundar dan melancip ke ujungnya. Buahnya mirip buah geluk, berbentuk jorong, panjangnya 1-3>5 cm, berembang (apiculate) pendek, berbulu halus, mula-mula berwarna kuning, kemudian berubah menjadi merah sampai lembayung jika macang. Bijinya satu butir per buah, berukuran besar dan berkulit tanduk.
Proses embriogenesisnya mungkin belum tuntas sewaktu biji itu jatuh dari pohon, perkembangan selanjutnya terjadi sewaktu biji sudah tergeletak di tanah. Biji itu memerlukan waktu beberapa bulan sampai 1 tahun untuk mulai berkecambah. Fase yuwananya berlangsung 5-8 tahun. Munculnya ranting secara serempak dan pembungaannya berlangsung terus-menerus sepanjang tahun, tetapi keadaan iklim di sentra-sentra utamanya menyebabkan adanya tingkatan kesinkronan, yang seringkali menjurus ke terjadinya 2 kali masa panen per tahunnya.

Organ Reproduksi
Sporofit Gnetum gnemon bersifat Dioceous sehingga organ reproduksi jantan dan betina terdapat pada tanaman yang berbeda. Organ reproduksi terorganisasi dalam strobili. strobili tersusun atas perbungaan panikula atau fasikula pada ketiak daun. Strobili juga tumbuh dalam ketiak pasangan daun sisik yang tersuun dekusata. Daun sisik ini bergabung pada bagian dasarnya membentuk brakte.
Reproduksi Generatif Pada G.gnemon menggunakan organ reproduksi yang disebut konus atau strobilus. Strobilus pada G.gnemon ada dua yaitu strobilus jantan dan strobilus betina.

Strobilus jantan







Gb.3 Strobilus jantan G. gnemon
Terdiri dari sumbu memanjang yang jelas buku dan ruasnya. Strobilus muda memiliki ruas yang sangat pendek. Pada buku ini mendukung brakte yang berbntuk sisik, tersusun menggerombol. Brakte buku bergabung membentuk struktur yang disebut kupula atau Collar. Jumlah kupula sesuai dengan jumlah buku pada aksis, biasanya bervariasi antara 10-20. Tiap kupula mendukung 3-6 lingkaran bunga jantan. Tiap lingkaran mendukung sejumlah bunga jantan. Bunga jantan dalam lingkaran tersusun berseling. diatas lingkaran bunga jantan terdapat satu lingkaran yang bunga betina yang abortif. Pada Gnetum gnemon 2 atau 3 kupula pada ujung strobilus, terdiksi dan steril. Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap.

Strobilus betina






Gb.5 Strobilus betina G. gnemon
Strobilus betina mempunyai organisasi yang sama dengan strobilus jantan dengan tiap lingkaran terdiri dari 4-10 ovul diatas tiap kupula. Tidak semua ovul akan berkembang menjadi biji, hanya beberapa ovul yang mengalami kematangan. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
Fertilisasi
Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap kemudian serbuk sari jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) buluh serbuk membelah menjadi inti tabung dan inti spermatogen. Inti spermatogen membelah lagi menjadi dua inti sperma yang membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.








waktu penyerbukan kulit/pembungkus yang berbentuk pipa yang panjang mengeluarkan cairan pada puncak kulminasinya, yang menjaga butir pollen, yang dibawa oleh angin, atau mungkin sampai taraf tertentu oleh serangga, dan oleh penguapan ini ditarik ke atas puncak nucellus, jika disorganisasi parsial sel telah menimbulkan suatu tidak beraturan pollen-chamber
Pollen-Tube, berisi dua generatif dan satu inti vegetatif, menembus dinding dari megaspore dan kemudian menjadi menggembung yang akhirnya dua nucleus generatif keluar dari tabung dan sumbu dengan dua nucleus di dalam 1/2 dari megaspora yang subur.Sebagai hasil dari fertilisasi , nucleus yang fertil dari megaspore dikelilingi oleh suatu dinding sel, dan terbentuk zigot, yang mungkin melekat pada dinding dari megaspore atau berakhir pada suatu tabung pollen mereka kemudian tumbuh di dalam tabung panjang atau proembryos, cara mereka tumbuh ke arah prothallus dan secepatnya embrio dibentuk di akhir dari tabung proembryo.
Hanya Satu embrio yang menjadi dewasa. Embrio Gnetum membentuk hypocotyl, yang bertindak sebagai suatu tempat cadangan makanan dan mengambil makanan dari prothallus. daerah sebelah luar dari biji yang tebal dibentuk dari perianth yang sebelah luar,kulit yang berkayu dibentuk dari perianth yang bagian dalam itu. Jenis Gnetum yang memanjat ditandai oleh produksi beberapa silinder pusat dari kulit pohon dan kayu sekunder, yang tambahan tambahan cambium yang menghasilkan perisikel, seperti pada Cycas dan Makrozamia











Bakal biji (Ovule)
Pada Gnetum gnemon bakal bijinya terdiri dari 3 lapisan pelindung yaitu (1)Perianth, merupakan lapisan paling luar dan berdaging(fleshy),(2) Integumen luar, merupakan lapisan bagian tengah,(3)Integumen dalam, merupakan lapisan bagian dalam yang memanjang membentuk saluran tangkai putik.
Biji
Kulit biji pada Gnetum gnemon dapat dibedakan menjadi 3 antara lain
o Sarcotesta
Merupakan kulit biji terluar dan biasanya berdaging. Tersusun atas epidermis dengan lapisan kutikula, parenkim yang homogen, sklereid dengan dinding lignin, dan serat.
o Sklerotesta
Merupakan kulit biji bagian tengah dan keras. Lapisan ini mempunyai berbagai bentuk.
o Endotesta
Merupakan kulit biji bagian dalam. Tersusun atas parenkim, dan bersifat tipis seperti membran (membranous)





Gnetum gnemon merupakan salah satu anggota gymnospermae. Gymnospermae (dari bahasa Yunani: gymnos (telanjang) dan sperma (biji) atau tumbuhan berbiji terbuka merupakan kelompok tumbuhan berbiji yang bijinya tidak terlindung dalam bakal buah (ovarium). Pada tumbuhan berbunga (Angiospermae, atau Magnoliophyta), biji atau bakal biji selalu terlindungi penuh oleh bakal buah sehingga tidak terlihat dari luar. Pada Gymnospermae, biji terekspos langsung atau terletak di antara daun-daun penyusun strobilus atau runjung. Pada melinjo misalnya, "pĂȘntil"nya (yaitu bijinya) sejak dari "kroto" hingga melinjo masak dapat dilihat, sementara pada tusam biji terletak pada runjungnya.
Gymnospermae telah hidup di bumi sejak periode Devon (410-360 juta tahun yang lalu), sebelum era dinosaurus. Pada saat itu, Gymnospermae banyak diwakili oleh kelompok yang sekarang sudah punah tetapi masih terdapat anggota-anggotanya lain yang dapat melanjutkan keturunannya hingga sekarang. Angiospermae yang ditemui sekarang dianggap sebagai penerus dari salah satu kelompok Gymnospermae purba yang telah punah (paku biji). Namun diantara Angiospermae dan Gymnospermae mempunyai persamaan dan perbedaan.
Persamaan Angiospermae dan Gymnospermae diantaranya :
o Keduanya berupa pohon dan semak
o Megaspora terdapat dalam megasporangium(nusellus) dan tidak pernah lepas.
o Nusellus dikelilingi integumen membentuk bakal biji. Bakal biji mempunyai bentuk sesile atau bertangkai.
o Keduanya menghasilkan biji.
o Serbuk sari tumbuh menjadi buluh serbuk.
Perbedaan Angiospermae dan Gymnospermae yaitu :
 Angiospermae
o Habitus : Kebanyakan herba
o Perbanyakan vegetatif : Dengan bulbus,rhizoma,stek, dan cangkok
o Ovum : Tidak dibentuk dalam arkegonium
o Bakal biji : Tertutup(dilindungi karpel)
 Gymnospermae
o Habitat : Tidak ada yang herba
o Perbanyakan vegetatif : Dengan tunas batang (bulbil)
o Ovum :Dibentuk dalam arkegonium(kecuali gnetum)
o Bakal biji : Terbuka (tidak dilindungi karpel)
Dalam banyak hal, Gnetum gnemon mempunyai banyak persamaan dengan Angiospermae. Adapun persamaanya yaitu :
o Mempunyai pertulangan daun yang reticulate (menjala) seperti kebanyakan pada Angiospermae
o Mempunyai trakea walaupun pembentukannya berbeda
o Saluran mikropil panjang dan setara dengan tangkai putik pada Angiospermae
o Pembentukan ovum tidak dari arkegonium, tetapi dari beberapa inti bebas gametofit betina
o Kotiledon berjumlah dua (dikotiledon).
Klasifikasi Gnetum gnemon
Kingdom: Plantae

Division: Gnetophyta

Class: Gnetopsida

Order: Gnetales

Family: Gnetaceae

Genus: Gnetum

Species: G. gnemon

Melinjo (Gnetum gnemon) merupakan tumbuhan tahunan berbentuk pohon yang berumah dua (dioecious). Batangnya kokoh dan bisa dimanfaatkan sebagai bahan bangunan. Daunnya tunggal berbentuk oval dengan ujung tumpul. Melinjo tidak menghasilkan bunga dan buah sejati karena bukan termasuk tumbuhan berbunga. Yang dianggap sebagai buah sebenarnya adalah biji yang terbungkus oleh selapis aril yang berdaging.
Melinjo berperawakan pohon yang ramping, berkelamin dua dan selalu hijau, dengan batang yang lurus sekali, tingginya 5-10 m; kulit batangnya berwarna kelabu, ditandai oleh gelang-gelang menonjol secara nyata; cabang-cabangnya berbagai ukuran dan letaknya melingkari batang, terus sampai di pangkal bacang. Cabang itu menebal di pangkalnya. Daun-daunnya berhadapan, berbentuk jorong, berukuran (7,5-20) cm x (2,5-10) cm; tulang daun sekunder melengkung dan bersatu di ujungnya. Perbungaannya menyendiri dan keluar dari ketiak daun, juga dari batang yang celah tua, panjangnya 3-6 cm, dengan bunga-bunganya tersusun dalam bentuk lingkaran di buku-bukunya. Bunga betina sebanyak 5-8 kuntum pada setiap buku perbungaan, bentuknya bundar dan melancip ke ujungnya. Buahnya mirip buah geluk, berbentuk jorong, panjangnya 1-3>5 cm, berembang (apiculate) pendek, berbulu halus, mula-mula berwarna kuning, kemudian berubah menjadi merah sampai lembayung jika macang. Bijinya satu butir per buah, berukuran besar dan berkulit tanduk.
Proses embriogenesisnya mungkin belum tuntas sewaktu biji itu jatuh dari pohon, perkembangan selanjutnya terjadi sewaktu biji sudah tergeletak di tanah. Biji itu memerlukan waktu beberapa bulan sampai 1 tahun untuk mulai berkecambah. Fase yuwananya berlangsung 5-8 tahun. Munculnya ranting secara serempak dan pembungaannya berlangsung terus-menerus sepanjang tahun, tetapi keadaan iklim di sentra-sentra utamanya menyebabkan adanya tingkatan kesinkronan, yang seringkali menjurus ke terjadinya 2 kali masa panen per tahunnya.
Organ Reproduksi
Sporofit Gnetum gnemon bersifat Dioceous sehingga organ reproduksi jantan dan betina terdapat pada tanaman yang berbeda. Organ reproduksi terorganisasi dalam strobili. strobili tersusun atas perbungaan panikula atau fasikula pada ketiak daun. Strobili juga tumbuh dalam ketiak pasangan daun sisik yang tersuun dekusata. Daun sisik ini bergabung pada bagian dasarnya membentuk brakte.
Reproduksi Generatif Pada G.gnemon menggunakan organ reproduksi yang disebut konus atau strobilus. Strobilus pada G.gnemon ada dua yaitu strobilus jantan dan strobilus betina.
Terdiri dari sumbu memanjang yang jelas buku dan ruasnya. Strobilus muda memiliki ruas yang sangat pendek. Pada buku ini mendukung brakte yang berbntuk sisik, tersusun menggerombol. Brakte buku bergabung membentuk struktur yang disebut kupula atau Collar. Jumlah kupula sesuai dengan jumlah buku pada aksis, biasanya bervariasi antara 10-20. Tiap kupula mendukung 3-6 lingkaran bunga jantan. Tiap lingkaran mendukung sejumlah bunga jantan. Bunga jantan dalam lingkaran tersusun berseling. diatas lingkaran bunga jantan terdapat satu lingkaran yang bunga betina yang abortif. Pada Gnetum gnemon 2 atau 3 kupula pada ujung strobilus, terdiksi dan steril. Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap.
Strobilus betina mempunyai organisasi yang sama dengan strobilus jantan dengan tiap lingkaran terdiri dari 4-10 ovul diatas tiap kupula. Tidak semua ovul akan berkembang menjadi biji, hanya beberapa ovul yang mengalami kematangan. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
Fertilisasi
Di dalam strobilus jantan terdapat banyak anteridium yang mengandung sel-sel induk butir serbuk. Sel-sel tersebut bermeiosis dari setiap sel induk terbentuk 4 butir serbuk yang bersayap kemudian serbuk sari jatuh pada tetes penyerbukan (ujung putik) buluh serbuk membelah menjadi inti tabung dan inti spermatogen. Inti spermatogen membelah lagi menjadi dua inti sperma yang membuahi sel telur di dalam ruang arkegonium. Pada strobilus betina terdapat banyak arkegonium. Pada tiap-tiap arkegonium terdapat satu sel induk lembaga yang bermeiosis sehingga terbentuk 4 sel yang haploid. Tiga mati, dan satu sel hidup sebagai sel telur. Arkegonium ini bermuara pada satu ruang arkegonium.
waktu penyerbukan kulit/pembungkus yang berbentuk pipa yang panjang mengeluarkan cairan pada puncak kulminasinya, yang menjaga butir pollen, yang dibawa oleh angin, atau mungkin sampai taraf tertentu oleh serangga, dan oleh penguapan ini ditarik ke atas puncak nucellus, jika disorganisasi parsial sel telah menimbulkan suatu tidak beraturan pollen-chamber
Pollen-Tube, berisi dua generatif dan satu inti vegetatif, menembus dinding dari megaspore dan kemudian menjadi menggembung yang akhirnya dua nucleus generatif keluar dari tabung dan sumbu dengan dua nucleus di dalam 1/2 dari megaspora yang subur.Sebagai hasil dari fertilisasi , nucleus yang fertil dari megaspore dikelilingi oleh suatu dinding sel, dan terbentuk zigot, yang mungkin melekat pada dinding dari megaspore atau berakhir pada suatu tabung pollen mereka kemudian tumbuh di dalam tabung panjang atau proembryos, cara mereka tumbuh ke arah prothallus dan secepatnya embrio dibentuk di akhir dari tabung proembryo.
Hanya Satu embrio yang menjadi dewasa. Embrio Gnetum membentuk hypocotyl, yang bertindak sebagai suatu tempat cadangan makanan dan mengambil makanan dari prothallus. daerah sebelah luar dari biji yang tebal dibentuk dari perianth yang sebelah luar,kulit yang berkayu dibentuk dari perianth yang bagian dalam itu. Jenis Gnetum yang memanjat ditandai oleh produksi beberapa silinder pusat dari kulit pohon dan kayu sekunder, yang tambahan tambahan cambium yang menghasilkan perisikel, seperti pada Cycas dan Makrozamia
Bakal biji (Ovule)
Pada Gnetum gnemon bakal bijinya terdiri dari 3 lapisan pelindung yaitu (1)Perianth, merupakan lapisan paling luar dan berdaging(fleshy),(2) Integumen luar, merupakan lapisan bagian tengah,(3)Integumen dalam, merupakan lapisan bagian dalam yang memanjang membentuk saluran tangkai putik.
Biji
Kulit biji pada Gnetum gnemon dapat dibedakan menjadi 3 antara lain
o Sarcotesta
Merupakan kulit biji terluar dan biasanya berdaging. Tersusun atas epidermis dengan lapisan kutikula, parenkim yang homogen, sklereid dengan dinding lignin, dan serat.
o Sklerotesta
Merupakan kulit biji bagian tengah dan keras. Lapisan ini mempunyai berbagai bentuk.
o Endotesta
Merupakan kulit biji bagian dalam. Tersusun atas parenkim, dan bersifat tipis seperti membran (membranous)




pengaruh senyawa feromon terhadap perasaan suka pada manusia

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia pada hakekatnya adalah makhluk yang monodualisme alias dwitunggal. Secara kodrati manusia mempunyai kemampuan berkehendak sebagai diri sendiri yang pada akhirnya manusia menjadi makhluk yang individual. Tetapi pada saat yang bersamaan, pemenuhan berbagai macam tuntutan manusia sebagai individu tidak dapat lepas dari faktor eksternal yang berupa individu-individu lain.
Sehingga manusia dapat dikatakan sebagai makhluk sosial karena manusia tidak dapat hidup sendiri dan sangat membutuhkan keberadaan orang lain disekitarnya.
Secara mentali, manusia adalah makhluk yang memiliki kemampuan perasaan (emosi), memiliki kesadaran (diri). Kemampuan perasaan meliputi perasaan suka terhadap sesuatu atau perasaan cinta dan kasih sayang kepada orang lain, perasaan tidak suka, benci, jengkel, dan sebagainya.
Banyak orang mengira bahwa perasaan cinta dan kasih sayang antara dua orang muncul secara tiba-tiba atau karena pengaruh lingkungan. Namun secara ilmiah, perasaan ini tidak terlepas dari peranan senyawa-senyawa kimia yang membentuk rasa cinta diantara kedua orang tersebut. Salah satu senyawanya adalah senyawa feromon. Dalam makalah ini akan dibahas bagaimana feromon dapat mempengaruhi rasa suka pada manusia.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang tersebut dapat dirumuskan sebuah masalah, yaitu ”bagaimana pengaruh senyawa feromon terhadap perasaan suka pada manusia?”
C. Tujuan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh senyawa feromon terhadap perasaan suka pada manusia.

BAB II
ISI
Senyawa feromon
Istilah feromon (pheromone) berasal dari bahasa Yunani yaitu phero yang artinya “pembawa” dan mone “sensasi”. Senyawa feromon sendiri didefinisikan sebagai suatu subtansi kimia yang berasal dari kelenjar endokrin dan digunakan oleh mahluk hidup untuk mengenali sesama jenis, individu lain, kelompok, dan untuk membantu proses reproduksi.
Senyawa feromon pada manusia terutama dihasilkan oleh kalenjar endokrin pada ketiak, wajah (pada telinga, hidung, dan mulut), kulit, dan kemaluan dan akan aktif apabila yang bersangkutan telah cukup umur (baligh). Sifat dari senyawa feromon sendiri adalah tidak dapat dilihat oleh mata, volatil (mudah menguap), tidak dapat diukur, tetapi ada dan dapat dirasakan oleh manusia. Senyawa feromon ini biasa dikeluarkan oleh tubuh saat sedang berkeringat dan dapat tertahan dalam pakaian yang kita gunakan. Menurut para peneliti dan psikolog, senyawa feromon dapat mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh terutama otak kecil manusia dan diklaim mempunyai andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, gairah seksual, siklus haid, atau bahkan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman yang cocok.
Feromon merupakan sinyal kimia yang berada di udara yang tidak bisa dideteksi melalui bau-bauan tapi hanya bisa dirasakan oleh vomeronasalorgan (VNO) di dalam hidung. Sinyal ini dihasilkan oleh jaringan kulit khusus yang terkonsentrasi di dalam lengan. Sinyal feromon ini diterima oleh VNO dan dijangkau oleh bagian otak bernama hipotalamus. Di sinilah terjadi perubahan hormon yang menghasilkan respons perilaku dan fisiologis. Beberapa jenis hewan maupun manusia menggunakan feromon sebagai sarana komunikasi untuk menarik perhatian lawan jenis. Kebanyakan feromon yang dihasilkan tergolong dalam zat kimia steroid dan pada manusia tidak berbau. Indera pembau dapat merasakannya melalui reseptor di dalam hidung

A. Pengaruh feromon
Senyawa feromon dapat mempengaruhi hormon-hormon dalam tubuh terutama otak kecil manusia dan diklaim mempunyai andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan manusia pada manusia yang lain, baik itu perasaan cinta, suka, gairah seksual, siklus haid, atau bahkan saat memilih mana orang yang dapat dijadikan teman yang cocok
Feromon pada manusia ternyata juga berfungsi sebagai daya tarik seksual. feromon juga punya andil dalam menghasilkan perasaan suka, naksir, cinta, bahkan gairah seksual seorang manusia pada manusia lainnya. reaksi otak 12 pasang pria-wanita sehabis mencium bau senyawa sintetik mirip feromon. Bebauan tersebut langsung bereaksi terhadap hormon estrogen (pada wanita) dan hormon testoteron (pria).
Jadi, ketertarikan manusia pada manusia lain, baik itu berupa hubungan cinta, gairah seksual, maupun dalam memilih teman, juga didasari pada bau feromon yang dihasilkan manusia.
B. Cara kerja feromon
Senyawa feromon dapat menimbulkan rasa ketertarikan antara dua orang berlainan jenis dengan bekerja layaknya inisiator/pemicu dalam reaksi-reaksi kimia. Prosesnya adalah ketika dua orang berdekatan dan bertatapan mata, maka feromon yang kasat mata dan volatil, akan tercium oleh organ tubuh manusia yang paling sensitif yaitu vomeronasalorgan (VNO) yaitu organ dalam lubang hidung yang mempunyai kepekaan ribuan kali lebih besar daripada indera penciuman. Organ VNO ini terhubung dengan hipotalamus pada bagian tengah otak melalui jaringan-jaringan syaraf.
Setiap feromon berhembus dari tubuh, maka senyawa ini akan tercium oleh VNO dan selanjutnya sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus (yang mengatur emosi manusia) agar memberikan respon/tanggapan. Tanpa perlu menunggu lama hanya setiap sepersepuluh ribu detik, maka akan ada respon dari otak melalui perubahan psikologis tubuh manusia baik itu perubahan pada detak jantung (berdetak lebih kencang), pernafasan (beraturan atau tidak), temperatur tubuh (panas dingin), nafsu, peningkatan pada kalenjar hormon baik itu kalenjar keringat, dan kerja dari produksi hormon testoteron (pada laki-laki) atau hormon esterogen (pada wanita).
C. Faktor senyawa kimia lain
Aliran Kimiawi Cinta, Prosesnya Tak Secepat Peribahasa ”Dari Mata Turun ke Hati”. Sebelum turun ke hati, aliran cinta akan transit dulu di otak untuk melewati proses-proses kimiawi. Dan proses transit ini memerlukan beberapa tahapan sehingga aliran kimiawi cinta tidak sesederhana dan secepat peribahasa ”dari mata turun ke hati”. tahap-tahap tersebut adalah:
1. tahap I, terkesan. Pada tahap ini, terjadi kontak antara dua orang melalui alat indera (mata) baik melalui tatapan, berdekatan, berbicara atau yang lainnya.
2. Tahap II : Ketertarikan. Pada tahap ini otak akan terangsang untuk menghasilkan tiga senyawa cinta, yaitu: Phenyletilamine (PEA), Dopamine dan Nenopinephrine. Phenyletilamine (PEA) atau 2-feniletilamina merupakan senyawa yang mempunyai Mr =121,18; titik didih sebesar 197-200oC ; berat jenis = 0,965 ; titik Fahrenheit = 195 F dan memiliki bidang polarisasi ND 200 = 1,5335. Dopamine, Struktur Dopamine ada dua, yaitu Dopamine (3-hidroksitiraminihidrogenbromida atau 3,4-dihidroksiphenentilamin). Mempunyai Mr = 234,10 dan titik lebur 218-220C. Dan Dopamine (3-hidroksitiraminhidrogenklorida atau 3,4-dihidroksiphenetilamin). Mempunyai Mr = 189,64 dan titik lebur 241 – 243°C. Dopamin akan merangsang bagian ventral tegmental dan caudate nucleus di otak menyala. Dalam dosis yang tepat, dopamin menciptakan kekuatan, kegembiraan, perhatian yang terpusat, serta dorongan yang kuat untuk memberikan imbalan. Itulah sebabnya jatuh cinta dapat membuat makan tak enak, tidur tak nyenyak. Dari ketiga senyawa tersebut, senyawa PEA-lah yang paling berperan dalam proses kimiawi cinta. Senyawa ini juga yang mengakibatkan seseorang merasa tersipu-sipu, malu ketika berpandangan dengan orang yang disukai. Senyawa PEA ini banyak terkandung dalam coklat.
3. Tahap III : Pengikatan. Pada tahap ini tubuh akan memproduksi senyawa Endropin. Senyawa inilah yang akan menimbulkan perasaan aman, damai, dan tentram. Otak akan memproduksi senyawa ini apabila orang yang kita sukai berada di dekat kita.
4. Tahap IV : Persekutuan Kimia (Tahap Terakhir. Pada tahap ini senyawa Oxyrocin yang dihasilkan oleh otak kecil mempunyai peranan dalam hal membuat rasa cinta itu menjadi lebih rukun dan mesra antara keduanya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Perasaan suka, cinta, dan kasih sayang kepada seseorang dapat dijelaskan secara ilmiah. Perasaan ini tidak lepas dari senyawa-senyawa kimia, salah satunya adalah feromon. Feromon dihasilkan oleh kalenjar endokrin pada ketiak, wajah (pada telinga, hidung, dan mulut), kulit, dan kemaluan. Mekanisme kerjanya adalah setiap feromon berhembus dari tubuh, maka senyawa ini akan tercium oleh VNO dan selanjutnya sinyal ini akan diteruskan ke hipotalamus (yang mengatur emosi manusia) agar memberikan respon/tanggapan.

Dendrobium sutiknoi




http://www.orchidweb.org/aos/MessageBoard/attachedfiles/21510/Den_sutiknoi.jpg

Begitulah sebutan bagi anggrek yang memiliki nama latin Dendrobium sutiknoi P.O’bryne. Anggrek ini dideskripsikan dan dipublikasikan untuk pertama kali pada Mei 2005 di Jurnal fur den Orchideenfreund. Nama sutikno ini sendiri diambil dari nama seorang hobiis dan pedagang anggrek di Tretes, Prigen, Pasuruan, Jawa Timur yang kemudian dideskripsikan untuk pertama kali oleh Mr. Peter O’bryne di Singapura. Sejarahnya, ternyata anggrek ini ditemukan secara tidak sengaja oleh beliau di antara batang-batang D. lasianthera, namun tiba saat berbunga tampaklah perbedaan tersebut. Oleh karena karakter bunganya yang unik maka beliau yakin bahwa anggrek ini berpotensi menjadi species baru.

Species ini berasal dari Papua dan Kepulauan Morotai (Indonesia). Sejauh ini telah ditemukan dua varian warna, yaitu oranye tembaga dan hijau kekuningan. Sosok tanamannya mirip dengan anggrek-anggrek section Spatulata lainnya. Batangnya cukup tinggi mencapai 1-1,5 meter. Bentuk daunnya elips agak bulat telur, semakin kearah ujung atas ukuran daunnya semakin mengecil. Karakter unik dari anggrek ini adalah petal nya yang sangat panjang (mirip petal D.stratiotes) serta bentuk ujung labellumnya yang sempit dan melengkung dan hampir menyerupai labellum Dendrobium tobaense. Kelebihan anggrek section Spatulata ini adalah sifat dominan nya yang sangat kuat pada hybrid-hybrid keturunannya. Tidak seperti pada D.tobaense yang bentuk labellumnya bersifat resesif sehingga akan mudah terdegradasi oleh hybridisasi.

Saat ini, hybrid-hybrid maupun hasil selfing dari D.sutiknoi telah banyak beredar di pasaran anggrek di Asia tenggara. Namun menurut informasi dari seorang rekan hobiis senior dari Malaysia, setelah sekian lama D.sutiknoi dimanfaatkan sebagai parent/induk silangan, ternyata anggrek ini kurang begitu diminati oleh para penyilang sebagai parent karena sifatnya genetiknya yang sangat dominan, sehingga selalu mengalahkan karakter dari induknya yang lain, akibatnya hybrid yang terbentuk juga terlalu condong ke arah karakteristik D.sutiknoi. Namun hal ini tidak begitu dipersoalkan oleh para penggemar dan konsumen anggrek hybrid, sehingga tidak mengurangi minat para penggemar anggrek pada umumnya untuk tetap mengkoleksi hybrid-hybrid turunan D.sutiknoi, karena tetap saja hybridnya cantik dan unik dipandang. Di Indonesia sendiri, anggrek ini maupun hybridnya belum begitu tersosialisasi secara luas, sehingga tak heran bila harganya melambung sangat tinggi.

Meskipun demikian, anggrek ini merupakan harta genetis yang tak ternilai. Sehingga langkah-langkah serius untuk menjaga kelestarian genetisnya perlu segera dilakukan.

by Destario Metusala 2007
Thanks to Mr. Nik Fahmi for his picture and the information, also thanks to Mr. Peter O’bryne ^_^!!

Posted in Dendrobium | 14 Comments »
Varian Dendrobium discolor dari pulau Tanimbar
Sunday, March 4th, 2007 by Destario Metusala

Gambar oleh Destario Metusala 07

Isolasi oleh bentang geografis dapat menyebabkan perubahan pada morfologi suatu mahluk hidup untuk beradaptasi sesuai dengan lingkungan tumbuhnya. Teori ini sekaligus menjelaskan munculnya berbagai variasi pada anggrek terlebih bila penyebarannya meliputi kawasan yang luas dengan tipe karakter alam yang berbeda secara signifikan. Varian Dendrobium discolor yang ditemukan di pulau tanimbar sekitar 2 tahun yang lalu agak sedikit berbeda dengan varian pada umumnya yang ditemukan di daratan papua. Tak heran…pulau Tanimbar berada sekitar 800 km arah barat dari titik habitat D.discolor yang umum ditemukan, sehingga tak mengejutkan bila ditemukan sedikit perbedaan pada organ-organ bunganya. Organ sepal nya mengalami sedikit pemanjangan, juga ukuran ujung labellum yang sedikit melebar. Bentuk callus bagian tengah yang lebih menonjol dan melengkung layaknya “taring” merupakan ciri khas dari species D.dsicolor. Belum ada publikasi ilmiah resmi mengenai varian ini. Untuk itu, sementara ini anggrek tersebut dapat disebut sebagai Dendrobium discolor var. tanimbar

Belut Tantangan dan Harapan Masa Depan

Budidaya Belut saat ini dirasa sangat menguntungkan mengingat permintaan dalam dan luar negeri terus meningkat, namun Belut alam yang hidup bebas sangat sulit ditemukan.

Penggunaan pestisida pembahas hama dilahan pertanian ternyata berdampak menghilangnya sebagian spesies ikan, termasuk belut. Hal ini sangat memprihatinkan, bila dipandang dari segi keseimbangan alam. Kelestarian alam merupakan tanggungjawab bersama penghuni bumi.

Budidaya Belut sebenarnya tidak sulit dan juga tidak mahal. Masyarakat yang memiliki lahan sempitpun dapat memelihara belut. Secara Teknis Budidaya dan pemeliharaan belut (monopterus albus) hanya memerlukan perhatian dalam memilih tempat/lokasi budidaya, pembuatan kolam, media pemeliharaan, memilih benih, perkembangbiakan belut, penetasan, makanan dan kebiasaan makan serta hama. Disisi lain kita memerlukan tata cara panen, pasca panen, pemasaran dan pencatatan.

Teknik Budidaya dan Pemeliharaan Belut

a. Tempat/Lokasi Budidaya

Pemilihan lokasi bakal pembuatan kolam ditempat yang tidak secara langsung terkena sinar matahari, meskipun dapat disiasati dengan pemberian peneduh. Disamping itu luas lahan dengan memperhatikan kemiringan dan batas calon kolam. Kolam ini dapat diatas tanah atau galian tanah, hal ini tergantung pada luas lahan yang akan memudahkan pengamatan, pembangunan konstruksi kolam, seperti pintu air, saringan dan lain sebagainya.

b. Pembuatan kolam

Lokasi yang telah ditentukan dengan memperhatikan persyaratan teknis dan jenis kolam, baik kolam penampungan induk, kolam pemijahan dan pendederan serta kolam pembesaran. Kolam-kolam ini memiliki ukuran tersndiri, pertama, Kolam Penampungan Induk berukuran 200 cm x 400 cm x 80 cm, kedua Kolam Pemijahan 200 cm x 200 cm x 100 cm, ketiga, Kolam Pembesaran 500 cm x 500 cm x 120 cm.

c. Media Pemeliharaan

Kolam budidaya belut menggunakan media pemelihaan sebagai tempat hidup berupa tanah/lumpur sawah yang dikeringkan, pupuk kandang, pupuk kompos (sekam/gabah padi yang dibusukkan), jerami padi, cincangan batang pisang, pupuk urea dan NPK dengan perbandingan kurang lebih sebagai berikut :
Lapisan paling bawah tanah/lumpur setinggi 20 cm.

1. Lapisan pupuk kandang setinggi 5 cm.
2. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
3. Lapisan Pupuk kompos setinggi 5 cm.
4. Lapisan tanah/lumpur setinggi 10 cm.
5. Lapisan jerami padi setinggi 15 cm, yang diatasnya ditaburi secara merata pupuk urea 2,5 kg dan NPK 2,5 kg untuk ukuran kolam 500 cm x 500 cm. Perbandingan jumlah pupuk dan luas kolam ini juga dipergunakan dalam ukuran kolam, baik lebih besar maupun kecil.
7. Lapisan tanah/lumpur setinggi 20 cm.
8. Lapisan air dengan kedalaman setinggi 15 cm, yang ditaburi secara merata batang pisang sampai menutupi permukaan kolam.

Seluruh media pemeliharaan ini didiamkan agar terjadi proses permentasi dan siap untuk pemeliharaan belut selama kurang lebih dua minggu.

d. Pemilihan Benih

Media pemeliharaan yang sudah lengkap dan siap untuk pemeliharaan, menuntut pemilihan bibit belut yang berkualitas agar menghasilkan keturunan normal.
Syarat Benih Belut : pertama, anggota tubuh utuh dan mulus atau tidak cacat atau bekas gigitan. kedua, mampu bergerak lincah dan agresif. ketiga, penampilan sehat yang ditunjukan dengan tubuh yang keras, tidak lemas tatkala dipegang. keempat, tubuh berukuran kecil dan berwarna kuning kecoklatan. kelima, usia berkisar 2-4 bulan.

Disamping itu diperhatikan pula pemilihan induk belut jantan dan betina sebagai berikut :

1. Ciri Induk Belut Jantan
Berukuran panjang lebih dari 40 cm.
Warna permukaan kulit gelap atau abu-abu.
Bentuk kepala tumpul.
Usia diatas sepuluh bulan.

2. Ciri Induk Belut Betina
Berukuran panjang 20-30 cm
Warna permukaan kulit cerah atau lebih muda
Warna hijau muda pada punggung dan warna putih kekuningan pada perut
Bentuk kepala runcing
Usia dibawah sembilan bulan.

e. Perkembangan Belut

Belut berkembangbiak secara alami dialam terbuka dan dapat dibudidaya dengan perkembangbiakan normal dikolam dengan media pemeliharaan yang memenuhi persyaratan. Belut secara lami memiliki masa kawin selama musim hujan (4-5 bulan), dimalam hari dengan suhu sekitar 28° C atau lebih. Musim kawin ini ditandai dengan berkeliarannya belut jantan kepenjuru kolam, terutama ketepian dan dangkal yang akan menjadi lubang perkawinan. Lubang berbentuk “U”dimana belut jantan akan membuat gelembung busa dipermukaan air untuk menarik perhatian betina, namun belut jantan menunggu pasangannya dikolam yang tidak berbusa. Telur-telur dikeluarkan disekitar lubang, dibawah busa dan setelah dibuahi akan dicakup pejantan untuk disemburkan dilubang persembunyian yang dijaga belut jantan.

f. Penetasan

Telur-telur ini akan menetas setelah 9-10 hari, tetapi dalam pendederan menetas pada hari ke 12-14. Anak-anak belut ini memiliki kulit kuning yang semakin hari akan berangsur-angsur menjadi coklat. Belut jantan akan tetap menjaga sampai belut muda berusia dua minggu atau mereka meninggalkan sarang penetasan untuk mencari makanan sendiri.

g. Makanan dan kebiasaan makan

Belut secara alamiah memakan segala jenis binatang kecil yang hidup atau terjatuh di air. Belut ini akan menyergap makanannya dengan membuat lubang perangkap, lubang ini menyerupai terowongan berdiameter 5 cm.

h. Hama belut

Belut jarang terserang penyakit yang disebabkan oleh kuman atau bakteri, namun mereka sering kekurangan pangan, kekeringan atau dimakan sesama belut dan predator lainnya, sehingga memerlukan air mengalir agar tetap sehat.
Setelah belut berkembang sesuai yang diharapkan, kita harus memperhatikan tata cara panen agar belut tidak luka dan tetap segar, baik untuk pasar lokal maupun antar daerah dan ekspor. Belut untuk pasar lokal hanya memerlukan ukuran sedang dengan umur 3-4 bulan, sedangkan ekspor perlu ukuran lebih besar dengan usia 6-7 bulan.
Perlakukan pasca panenpun juga harus diperhatikan, baik dalam membersihkan dan memperbaiki kolam pemeliharaan serta dilakukan penggantian media yang baru, sehingga makanan belut tidak habis bahkan semakin banyak.

Belut merupakan makanan bergizi yang layak dikonsumsi manusia, sehingga dapat dipasarkan dimanapun, baik lokal maupun ekspor dengan harga yang cukup menguntungkan.

Dalam rangka budidaya ini akan diselenggarakan Seminar atau Pelatihan Budidaya Belut dengan instruktur/narasumber Ir. R.M. Sonson Sundoro di Kaliurang pada tanggal 12-13 Februari 2005 dengan materi “Teknik Budidaya Belut” di Wisma Taman Eden Kaliurang Yogyakarta.

Kontribusi Pelatihan ini Rp. 525.000,- dengan fasilitas training kit, sertifikat, kartu anggota plasma, kaos, tas, kontrak jaminan pemasaran, transportasi ke peternak belut dan pertanggungan asuransi jiwa.

PENENTUAN TEKANAN OSMOSIS CAIRAN SEL

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sel tumbuhan yang terbungkus oleh selaput tipis yang disebut membran plasma.Selaput ini tersusun atas dwi lapis membran yang mampu mengatur secara selektif,aliran cairan dari lingkungan suatu sel(keluar masuknya cairan).
Membran plasma akan terlepas dari dinding sel,bila konsentrasi cairan diluar sel lebih tinggi (PA rendah) daripada konsentrasi cairan didalam sel (PA tinggi) maka,akan terjadi gerakan molekul kearah yang lebih pekat (PA rendah).Untuk melawan agar pelarut tidak masuk kedalam larutan dibutuhkan tenaga yang disebut tekanan osmosis (TO).Yang dapat diartikan PA=PO.
Dari gambaran diatas maka untuk mengetahui berapa besar konsentrasi larutan sukrosa yang dapat menyebabkan 50% sel dari jumlah sel yang terplasmolisis.Dengan dilakukan percobaan secara eksperimental pada sel bawang merah dengan perlakuan direndam kedalam larutan sukrosa dengan konsentrasi yang berbeda-beda dan mengkontrol waktu perendaman.

B. RUMUSAN MASALAH
Dalam percobaan ini yang menjadi rumusan masalah adalah:
1. Bagaimana pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel bawang merah yang terplasmolisis?
2. Bagaimana mengetahui konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel bawang merah mengalami plasmolisis?
3. Berapakah nilai tekanan osmosis sel cairan sel bawang merah dengan metode plasmolisis?



C. TUJUAN
1. Untuk menjelaskan pengaruh konsentrasi larutan sukrosa terhadap prosentase sel bawang merah yang terplasmolisis.
2. Untuk mengidentifikasi konsentrasi larutan sukrosa yang menyebabkan 50% dari jumlah sel bawang merah yang memgalami plasmolisis.
3. Untuk tekanan osmosis sel cairan sel dengan metode plasmolisis.






















BAB II
KAJIAN TEORI
Plasma sel (sitoplasma) dibungkus oleh selaput tipis yang disebut membran plasma.Selaput ini merupakan membran dwi lapis membran yang mampu mengatur secara selektif,aliran cairan dari lingkungan suatu sel(keluar masuknya cairan).
Pada dasarnya pengangkutan melalui membran sel dapat terjadi secara aktif maupun pasif.Pengangkutan pasif terjadi jika mengikuti arah gradien konsentrasi,artinya larutan yang memiliki konsentrasi tinggi menuju larutan yang konsentrasinya rendah.Proses ini tidak memerlukan energi hasil metabolisme.Sedangkan pengangkutan secara aktif memerlukan energi hasil metabolisme.Karena prosesnya melawan gradien konsentrasi.
Proses difusi dan osmosis merupakan contoh proses pengangkutan secara pasif.Osmosis adalah proses perpindahan partikel air dari konsentrasi tinggi ke konsntrasi rendah melalui membran semipermeabel.Sedangkan difusi adalah proses perpindaham partikel dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah dengan tenaga kinetiknya sendiri.Tenaga yang mendorong masuknya air kedalam sel adalah aktifitas molekul,tekanan hidrostatik,dan tekanan osmosis.Bila isi sel menyerap larutan maka terjadilah tekanan turgor yang menekan membran plasma keluar kearah dinding sel.Karena dinding sel merupakan massa yang kaku,maka akan terjadi tekanan yang melawan arah teakanan turgor.
Proses osmosis sangat berperan dalam proses pengangkutan tumbuhan. Memungkinkan terjadinya penyerapan air dan ion-ion dari dalam tanah yang nanti akan diedarkan keseluruh bagian tumbuhan.Terjadinya pengangkutan itu akan menyababkan tekanan turgor sel,sehingga mampu membesar dan mempunyai bentuk tertentu. Osmosis juga memungkinkan terjadinya membuka dan menutupnya stomata.
Plasmolisis merupakan suatu proses terlepasnnya membrane plasma dari dinding sel. Hal tersebut dapat terjadi bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipertonik (larutan yang konsentrasinya lebih tinggi daripada konsentrasi isi sel)maka terjadilah eksosmosis yaitu,keluarnya air dari isi sel keluar membran. Karena volume isi berkurang dan dinding plasma bersifat permeable,maka antar membrane plasma dan dinding sel terisi oleh larutan dari luar.
Bila sel tumbuhan dimasukkan kedalam cairan hipotonik,turgor sel akan meningkat. Bila berada dalam keadaan isotonik (larutan yang konsentrasinya sama dengan konsentrasi isi sel,maka sebagian sel yang ada mengalami plasmolisis,sebagian sel tidak. Keadaan ini dapat dipakai untuk menentukan tekanan osmosis sel dengan meletakkan pada larutan yang ditentukan molaritas larutan atau tekanan osmotiknya dan melihat berapa banyak sel yang terplasmolisis. Jika konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis diketahui ,maka nilai tekanan osmosis sel dapat ditentukan dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
TO sel =22,4 . M . T
273
KETERANGAN :
TO sel =Tekanan Osmotik sel
M =Konsentrasi larutan yang menyebabkan 50% sel terplasmolisis
T =Temperatur mutlak (273+t 0C)
Dalam proses osmosis terdapat tekanan osmosis yang merupakan tekanan hidrostatik yang terdapat suatu larutan pada keseimbangan osmosis. Tekanan yang diberikan pada suatu larutan akan meningkatkan energi bebas ,sehingga PA meningkat dan juga meningkatkan kemampuan difusi dalam larutan. Tekanan yang diberikan atau sering disebut PT yang disebut juga tekanan turgor.Dari ketiga potensial tersebutdapat dilihat adanya hubungan yang dapat dituliskan rumus sebagai berikut :
PA = PO + PT

Dari rumus tersebut terlihat,apabila tidak ada tekanan maka rumusnya menjadi :
PA = PO

KETERANGAN :
PA = Potensial air
PO = Potensial osmotik
PT = Potensial tekanan




























BAB III
METODE PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN
Jenis percobaan yang dilakukan adalah percobaan eksperimental,karena menggunakan variabel manipulasi,variabel control,variable manipulasi.


B. VARIABEL-VARIABEL
Variabel-variabel yang digunakan adalah :
 Variabel manipulasi : Konsentrasi larutan sukrosa.
 Variabel respon : Jumlah sel yang terplasmolisis.
 Variabel kontrol : Waktu perendaman dan banyak larutan sukrosa.


C. ALAT DAN BAHAN
1. Bawang merah yang jariangan epidermisnya mengandung cairan sel yang berwarna keunguan.
2. Larutan sukrosa dengan molaritas 0,28M;0,26M;0.24M;0,22M;0,20M;0,18M; 0,14M;0,16M.
3. Mikroskop
4. Cawan Petri 8 buah.
5. Kaaca benda atau kaca penutup
6. Silet tajam dan steril
7. Gelas beaker 100 ml.
8. Pipet tetes.




D. LANGKAH KERJA
1. Membuat larutan dengan konsentrasi terbesar yaitu 0,28 M,dengan cara menimbang sebanyak 95,76 gram kristal sukrosa dan melarutkannya dalam aquades sehingga volumenya menjadi 1 liter.Sedangkan untuk membuat konsentrasi yang rendah,dapat digunakan rumus : V1xM1 = V1xM2,dimana:
V1 = Volume awal ; M1 = konsentrasi awal
V2 = Volume akhir ; M2 = konsentrasi akhir
2. Menyiapkan 8 buah cawan Petri,masing-masing kemudian diisi dengan 5 ml larutan sukrosa yang telah disediakan dan diberi label pada masing-masing cawan Petri berdasarkan besar konsentrasi larutan.
3. Mengambil bawang merah,kemudian menyayat lapisan epidermis yang berwarna ungu dengan menggunakan silet.dengan mengusahakan menyayat selapis sel saja.
4. Merendam sayatan-sayatan epidermis pada cawan Petri yang sudah berisi larutan sukrosa dengan konsentrasi yang sudah ditetapkan atau konsentrasi tertentu.Setiap konsentrasi diisi dengan jumlah sayatan yang sama dan kemudian mencatat waktu mulai perendaman.
5. Mengamati perubahan yang terjadi setelah direndam selama 30 menit dengan menggunakan mikroskop.
6. Menghitung seluruh sel pada satu lapang pandang,kemudian menghitung juga berapa jumlah dan prosentase sel yang terplasmolisis terhadap jumlah sel seluruhnya.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. TABEL GRAFIK
1. Tabel pengamatan pengaarru konsentrasi tertentu larutan sukrosa terhadap prosentase sel bawang merah yang terplasmolisis.
No. Konsentrasi Larutan (M) Jumlah sel Jumlah sel yang terplasmolisis % sel terplasmolisis
(%)
1 0,28 130 102 78,4
2 0,26 148 98 66,2
3 0.24 146 96 65,7
4 0,22 146 72 49,3
5 0,20 140 60 42,8
6 0,18 132 54 40,9
7 0,16 110 28 25,4
8 0,14 68 12 14,6

2. Grafik hubungan antara konsentrasi larutan sukrosa dengan prosentase sel bawang merah yang terplasmolisis.